Cinta di Masa Lalu
Rasanya sudah beberapa tahun
berlalu, tapi kejadian itu tak bisa luput dari ingatanku. Walau kucoba untuk
menyibukkan diriku dengan pekerjaan yang ku dapat sekarang agar bisa ngelupain
masa lalu itu. Namun tak mudah melupakan masa bahagia dan masa dimana aku dan
dia saling duka. Di setiap malam sebelum ku gapai mimpi indahku selalu ada
bayangmu terasa hadir di sisi ku. Terasa dekapanmu yang erat di tubuhku walau
itu hanya perasaan ku, ku merasakannya begitu nyata, mungkin semua karna ku terlalu
mencintainya.
Vey, begitulah namamu yang selalu ku
panggil kala kami bersama. Aku yang telah memenuhi isi otakku dengan namanya
yang bertuliskan “Jessica Veranda Tanumihardja”. Masa pacaran 5 tahun yang
telah tak dapat dikatakan lagi bagaimana rasanya, namun dapat kurasa di setiap
hembusan napasku dengannya. Setelah sekarang ini, 5 tahun itu terasa begitu
cepat, waktu yang cepat namun penuh dengan memori, waktu yang selalu ku
selali.! Aku teringat dengan sedikit perjalanan cinta kita yang indah dan yang
suram. Labirin cinta penuh dengan liku-liku namun hanya miliki sebuah ruang
keluar. Aku berharap bisa melupakanmu Vey, akan tetapi sampai kapan pun aku tak
bisa! Hingga akhirnya semua fikiran ku tentangmu kubiarkan mengalir bersama
perasaanku.
Masa kita masih belum saling
mengenal satu sama lain ketika kita masih duduk dibangku SMA. Dirimu yang lebih
tua dariku setahun, dan postur tubuhmu yang lebih tinggi dariku membuat aku
dulunya minder untuk ngedekatin kamu. Di
tambah lagi satu hal yang membuat aku tak pernah percaya diri untuk ada
disisimu, ya, itu adalah sainganku yang terlalu banyak. Veranda memang
ibaratnya bunga yang sedang mekar, yang aura cantiknya tersebar kemana-mana
namun auratnya tak pernah terumbar. Kami masih kelas 2 SMA dan di jurusan IPA
dengan kelas yang sama. Sampai kami kelas 3 kami masih satu kelas. Rasa suka
diriku tak pernah sedikit pun ku tunjukkan dan dia juga tak mengetahuinya, ku
memendamnya karna kupikir dia takkan memilihku. Banyak orang disana yang lebih
dari aku. Hingga ku pendam dalam-dalam dan kau tak pernah tau sebenarnya aku
suka sama kamu Vey.
Kelas 3 itu awal kedekatan kami,
dimana guru sering membuat kami berdua sekelompok untuk mengerjakan tugas, aku
yang sering main-main ke rumah Vey, aku yang selalu di samping dan menerima
curhatannya, hingga aku dan Vey menjadi sahabat. Walau Dia itu primadona di
sekolahan, tapi belum ada satu orang pun yang pernah jadi pacar Vey di sekolah
itu mau pun di luar, aku yakin itu. Karna aku selalu dekat dengannya, aku tak
tau alasannya kenapa, setiap ku tanyakan hal itu Vey hanya menjawab “suatu saat
nanti kamu tau”. Dan membuat aku semakin takut untuk nyatakan cinta aku.
Teringat aku dengan kisah Veranda
yang selalu aku perhatikan dari kejauhan, saat dia dekat dengan anak kuliahan yang ganteng dan
jika di banding dengan aku sudah pasti aku kalah jauh. Lelaki itu juga sepertinya
untuk cewe yang seperti Vey sudah tepat. Aku sangat kesal, akulah yang tau dan
bersama Vey dari kami kelas 2, aku yang selalu membantunya mengerjakan tugas dan
aku yang selalu terima curhatnya, begitu ketika aku tahu Veranda dekat dengan
dia, perasaanku seperti tersayat-sayat dan ... dan... dan tak bisa di jelaskan
bagaimana :v .
Tapi tak seperti dugaanku, kupikir
mereka akan bersama, namun ketika Veranda bercerita kepadaku. Hatiku seperti
bunga sakura yang seketika mekar, membawa kedamaian dan ke indahan di atas
penderitaan cowo itu. Soalnya, Vey menolak cowo itu karna alasan yang simple,
dia engga suka.! Ingat lagi aku dengan dia ketika kami liburan. Dia tau aku
bukan berasal dari keluarga yang kaya raya seperti keluarganya. Dia tau aku
jika liburan hanya di rumah saja. Dan dari situ Vey mengajakku untuk liburan
bersama keluarganya. Aku bingung, kenapa harus aku? Teman cewe dia ada banyak,
dan kenapa harus aku seorang cowo yang ikut bersama keluarganya liburan? Aku
takut nanti mereka berpikir panjang tentang aku, dan kemudian aku menolaknya!
Tapi di saat itu juga Vey membujukku dan tak bisa ku jawab tidak. Kemudian Papa
Vey berkata “Syahrul, sayalah yang mengajak kamu untuk liburan, sebenarnya
untuk menjaga Veranda dan membuat Veranda senang di liburan kali ini, soalnya
kakaknya si Jonathan lagi di luar negri.”
Liburan bersama keluarga Tanumihardja,
seperti mimpi karna penuh seharian aku dapat bersama Veranda untuk bercanda
tawa ceria. Kami liburan di beberapa kota, dan yang pertama kami kunjungi
adalah Kebun Binatang. Dari kandang hewan ke kandang hewan yang lainnya kami
perhatikan satu persatu. Vey tampang senang, karna dia memang penyayang
binatang, tiap kali dia ulang tahun juga aku selalu membelikannya hewan
peliharaan dengan duit pinjaman dari teman. Kembali ke topik sebelumnya, Vey
dengan riang memerhatikan satu per satu satwa disana, hingga ketika dia teriak
dan seketika memeluk aku yang tepat di belakangnya. Aku terkejut dan seketika
dia berkata dia takut ular. Aku tiba-tiba kaku namun tak mau membiarkan
pelukkannya lepas. Ini pertama kalinya Vey memelukku, mungkin itu pun karna
terpaksa soalnya dia dalam posisi ketakutan. Senangnya aku, di tempat umum di
peluk cewe yang aku suka, itu sesuatu sekali. Untungnya lagi mama dan papa
Veranda berada di tempat yang berbeda dengan kami saat itu, dan mereka tak
melihatnya. Rezeki itu memang ga boleh di tolak, tapi ga bagus juga klo terus
seperti ini, perlahan ku tenangkan dia lalu kembali memerhatikan hewan lagi,
sekitar tiga jam lebih kami hanya melihat satwa dan memberinya makan.
Esok harinya cuaca mendung jadi kami
memutuskan untuk tidak keluar rumah dan cuma membakar jagung di halaman yang
kebetulan memiliki atap agar tidak kehujanan. Vey kelihatan murung waktu itu
karna di hari libur dia merasa jenuh. Oke skip langsung ke liburannya kedua.
Liburan kedua di taman bermain, dia kelihatannya orang yang pemalu dan seperti
penakut. Ternyata lebih berani dari aku untuk bermain permainan yang memacu
adrenalin, satu persatu kami mainkan, aku hanya tak takut dengan 1 permainan,
yaitu komedi putar. Entah berapa banyak uang Ayahnya keluar untuk menyenangkan
anak bungsunya ini.
Liburan ketiga aku terkejut, kata
Ayah Vey kami akan liburan di Bali dan aku harus ikut untuk menjaga Vey di
pantai dari orang-orang yang akan mengganggu Vey. Malam itu aku kepikiran
terus, di pantai bersama Vey berdua, tapi walau seperti ini kami hanya sahabat.
Meski begini aku bersyukur karna orang lain kalah sama aku yang bisa sedekat
ini dengan Vey. Hari yang di nanti di tempat yang sangat sangat sangatlah buat
aku. Vey mengajakku bermain air, dia juga mengajakku untuk berenang, tapi aku
menolak karna aku tak bisa berenang, seketika dia menarikku ke air. Dia bilang
ingin mengajari aku, hingga ternyata dia ingin menjahili aku, setelah tempat
yang cukup dalam kira-kira hampir se-leher, dia menyelam dan menarik kaki ku.
Karna aku tak bisa berenang, aku jadi klepek-klepek
di air. Sampai aku meminum banyak air dan dapat berdiri kembali di air, dia
terlihat tertawa dengan bahagianya. Karna dia dan di pantai itulah aku kini
bisa berenang dan dapat melihat senyum lebar pertama kalinya yang seperti itu.
Itu hanya pengalaman ketika kami
liburan, masih banyak lagi. Ketika kami tamat SMA, aku mulai memutuskan untuk
bekerja karna orang tuaku tidak punya cukup biasa untuk aku masuk universitas.
Rasanya mukjizat hadir padaku, ternyata Ayah Vey datang kerumah dan berbicara
pada orang tua ku untuk memasukkan aku ke universitas yang sama dengan Vey.
Alasannya sederhana, dia tau aku tak dapat melanjutkan sekolah dan dia yakin
dengan kepintaran ku di tambah lagi dia mempercayaiku untuk menjaga anaknya di
universitas yang jauh dari kotanya.
Rasanya senang, dapat lulus di
universitas ternama dan satu jurusan dengan Vey, disinilah hal-hal berbeda mulai terasa, bukan
hal berbeda seperti hadirnya makhluk ghaib. Tapi rasa aneh yang banyak
menyebutnya dengan nama “cinta”. Semester 1, 2, 3 berlalu seperti kami di SMA,
masih ngerjai tugas bareng-bareng. Orang-orang bilang kami pacaran, dan kami
hanya tersipu malu di sebut seperti itu, ya walau aku memang ingin menjadi
pacarnya. Dan di semester 4 kami, aku coba berbicara serius dengannya, bahwa
aku mencintainya dan ku ceritakan semua rasa yang ku pendam dalam-dalam selama
bertahun-tahun kepadanya, karna aku takut dia menolak, aku katakan aku hanya
ingin mengatakan itu dan tidak mengharap balasan darinya. Namun ternyata
responnya positif, bukan positif hamil ya bray. Dia malah tersenyum dan berkata
dia juga menyukaiku, kisah sederhana yang dulu kami cuma sekedar teman yang
ternyata saling suka namun takut mengucapkan, kini telah mekar menjadi sebuah
asmara.
Semakin hari rasanya semakin hebat
dengan dia yang menjadi lebih dekat denganku, masa dimana kami kuliah yang juga
memiliki sejarah yang panjang sampai kami dapat sidang dan kami masing-masing
telah sarjana. Kami mulai cari pekerjaan, dan kami berkerja di tempat yang
berbeda, akibat itu kami jarang ketemu lagi. Entah kenapa dalam waktu hampir 5
tahun ini rasa yang kusebut “cinta” mulai berkurang pada Vey, dan aku tak
menyadari bahwa Vey ternyata makin menyayangi aku. Kami memutuskan untuk cuti
dan berlibur dalam waktu tiga hari, kali ini hanya aku dan dia yang pergi
liburan. Di liburan ini aku menyadari aku salah karna terlalu sibuk dengan
pekerjaanku dan aku memutuskan akan menikahi dia dalam waktu dekat ini karena
kami sudah mapan.
Saat aku coba berbicara padanya, Vey
sangat gugup, dan berkata, tanyakan pada orang tuaku saja, aku engga berani
ambil keputusan yang berat seperti ini, tapi aku ingin kamu ketahui aku juga
ingin menikah denganmu. Walau seperti itu, aku merasa itulah lampu hijau
untukku. Satu bulan kemudian aku datang kerumahnya beserta ibuku untuk melamar
Vey, temanku yang kini menjadi seseorang yang spesial setelah ibuku. Saat di
rumah Vey orang tuanya seperti berbeda dari yang biasanya, aku di suruh tak
mengikuti acara itu dan disuruh menemani Vey di kolam renang belakang rumahnya.
Setelah ibu selesai berbicara
tentang lamaran kami, kulihat ibu juga berbeda. Ibu tak mau menjawab sampai
kami tiba di rumah. Di rumah kami yang sederhana, ibu mengatakan “kamu tidak
dapat menikahi neng Veranda karena Ayahnya tidak setuju, dia sudah di calonkan
dengan orang lain. Lebih baik kamu mencari pengganti si eneng. Maaf ibu ga bisa
membantu banyak karna ibu memang tak bisa, dan ini tidak ada tapi-tapinya, kamu
harus mengikuti kata ibu karna ini sudah kami putuskan berdua. Maafkan ibu,
kali ini ibu tak bisa membantumu untuk bahagia bersama wanita idamanmu, mungkin
di tempat yang lain kamu mendapatkan penggantinya”
Setelah mendengar itu dari ibuku
sendiri, aku tak dapat menuliskan apa yang kurasakan, tubuhku entah kenapa
menjadi lemas walau aku tak merasakan sakit, rasanya kaki ku pun tak sanggup
menopang tubuhku lagi. Aku tak percaya dengan semua ini, dan aku hanya
mengikuti langkah kaki ku akan kemana, aku menuju ke kamarku, dan selama 3 hari
aku tak keluar dari kamarku, aku juga tak menghubungi Vey selama aku mengurung
diri. Yang aku pikirkan kenapa Orang Tua Vey begitu padaku? Apakah aku cukup
hanya sekedar teman bagi Vey dimana mereka? mengapa Vey dijodohkan dengan orang
lain, tapi kenapa aku tidak di kabarkan padahal orang tua Vey. Sedangkan mereka
tahu aku sekarang berpacaran dengannya dan itu sudah cukup lama.
Untuk menjawab semua pertanyaanku
aku memutuskan sore ini untuk kerumah Vey. Aku akan memastikan semua perkataan
ibuku adalah palsu, sebuah kebenaran yang mengada-ngada. Vey dan orang tuanya
yang ku kenal selama ini tak seperti itu, aku ingin tau alasan sesungguhnya
karna bagiku yang sebelumnya adalah palsu. Aku memberanikan diri datang kerumah
Vey dan berbicara dengan Ayahnya. “Assalamu’alaikum” ku panggil dari gerbang
rumahnya. Saat yang tepat, Ayah Vey yang keluar dan aku mengatakan ingin
berbicara dengannya. Dia memperbolehkan aku masuk dan langsung aku ke poin
utama. “Kenapa bukan aku yang di jodohkan dengan Vey, padahal kami sudah saling
mengenal satu sama lain hampir 5 tahun lamanya, dan kenapa tidak diberi tahu
kalau Vey sudah di calonkan dengan orang lain.
Aku sungguh terkejut dengan jawaban
Ayah Vey dan membuat aku rasanya hidupku semakin rumit, labirin yang kurasakan
semakin luas dan semakin banyak jalan buntu nya. Begini kata Ayahnya “maaf
Syahrul, sebenarnya menurut om kamulah yang layak menjadi suami Vey kelak,
karna om juga tahu seberapa dekat kamu dengan Vey dan karakter kamu bagaimana.
Dan soal Vey sudah di jodohkan, itu hanya kebohongan dari om”. Aku sungguh
terkejut, yang kupikirkan selama ini adalah benar, sebuah kebenaran palsu yang
tersirat. Dan aku coba untuk tetap diam karna ingin mendengar lanjutan
perkataan Ayah Vey. Dia melanjutkan “om tidak ingin kamu sakit hati, tidak
ingin kamu berkecil hati dan tidak ingin kamu kecewa, jadi om memutuskan untuk
tidak menjodohkan kalian berdua, sebenarnya Veranda sedang sakit dan hari ini
dia lagi terbaring dirumah sakit. Pikirannya makin tersiksa karna dia takut
kamu kecewa, sebenarnya Vey sekarang menderita sebuah penyakit aneh di otaknya
dan kata dokter umurnya tidak sampai satu tahun. Penyakit itu dia derita saat
kecelakaan waktu itu, yang mobilnya oleng dan menabrak pohon, kamu pasti tau
kecelakaan itu karna kamu juga yang 24 jam hadir di rumah sakit untuk
merawatnya waktu itu. Dan sepertinya dari kemarin penyakit itu telah sampai
batasnya mungkin Vey akan...” kemudian Ayahnya kelihatan mengeluarkan air mata.
Sontak aku pun terkejut kemudian pikiranku kosong, yang ku tau hanya “bagaimana
Jessica Veranda Tanumihardja sekarang”. Aku seketika meminta data dia di rumah
sakit mana dan aku akan langsung kesana buru-buru. Tapi Ayah Vey mengajakku
kesana dengannya, aku pun berkata iya.
Tiba disana, kulihat wajah Vey yang
pucat yang sedang tidur pulas. Semuanya menunggu di luar termasuk ibuku dan
kakaknya yang sudah pulang dari luar negri. Hanya aku di dalam menunggu Vey,
seketika aku menangis di sampingnya sambil memegang tangannya erat-erat. Vey terbangun
dan melihat aku menangis di sampingnya, dia berkata “hey, kamu kenapa? Kok
nangis, aku kan baik-baik aja. Aku malah seneng bisa lihat kamu disini
sekarang, soalnya dari kemarin aku nungguin kamu tapi kamu engga datang”. Aku
terus menangis menyesali perbuatanku, tak seharusnya aku mengurung diri di
rumah waktu itu. Dia berkata lagi “hey, tolong panggilkan semua kemari dong,
aku ingin kita berkumpul seperti sebuah keluarga besar”. Aku keluar dan meminta
semua masuk, entah kenapa semua tampak murung dan hanya Vey yang senyum,
padahal dia yang sakit.
Vey berkata “akhirnya, aku senang
semua bisa berkumpul disini sekarang, waktunya mungkin tepat ya Ayah? Ibu, aku
rasa aku akan pergi tolong jangan menangis ketika aku pergi karna untuk saat
terakhir ini kita sedang berbahagia. Ayah, tolong relakan aku pergi yah. Kakak
juga jangan nangis, kakak yang terhebat buat aku. Emak, baru kali ini ya Vey
manggil emak seperti yang biasa Syahrul panggil, tetap senyum ya mak, emak
hebat punya anak yang luar biasa seperti Syahrul. Dan Syahrul, maafin aku,
inilah alasan kenapa kita ga bisa nikah. Aku sayang banget sama kamu, aku ingin
jadi istrimu tapi takdir ga bisa mempersatukan kita, aku ingin kamu juga jangan
nangis, kali ini adalah saat bahagia kita yang terakhir jadi harus tetap senyum
apapun yang terjadi. Syahrul, semoga kamu dapat yang lebih baik dari aku diluar
sana nanti, aku akan bahagia disana jika yang diruangan ini ikhlas dengan
kepergianku, maaf semuanya, kita ga bisa bersama di waktu yang lama. Semuanya
terima kasih.”
Seisi ruangan tampak senyum, Veranda
memang telah berhenti bicara dan dia masih melihat semuanya tersenyum. Senyuman
yang keluar dari kami seisi ruangan kelihatan tulus karna seperti yang Veranda
bilang inilah saat bahagia kami bersama terakhir, jadi apapun yang terjadi
harus tetap senyum. Mungkin ada hampir 1 jam Veranda senyum dan memerhatikan
kami satu persatu sampai semua terkejut melihat Vey menutup matanya dan tak
membukanya lagi. Tapi, tak ada tangisan sedikit pun di ruangan itu. Sampai akhirnya
Vey di kuburkan pun tak ada tangis yang keluar. Kepergian Vey disertai dengan
senyuman.
Saat ini juga kini aku masih bekerja
dan belum mempunyai istri. Aku selalu ingin melumpuhkan ingantanku tentang
Veranda dan memulai hidup baru, walau pun hidup baruku termulai, tapi ingatanku
tentang Vey tak bisa sirna. Aku begitu mencintai nya, dan hanya dia yang selalu
ku cinta. Sampai aku pernah berpikir kapan aku bisa bertemu dengannya lagi
disana?. Di setiap shalat ku berdo’a untuk dapat melupakannya dan membiarkannya
tenang disana. Kulakukan itu selalu namun semakin ku berdo’a semakin panjang
ingatanku tentangnya. Jessica Veranda, sosok wanita yang selalu ku cinta meski
kini telah tiada.
Nama
penulis : Syahrul Ramadhan
Alamat
: Blang kolak II, lorong sejari, jalan Yos sudarso, Takengon, Aceh Tengah
provinsi Aceh
Nomor
Telepon : 085277251621